Minggu, 29 Maret 2020


EMULSI


A.           Pengertian Emulsi


Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase  yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi  dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent)

Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.

Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragacanth, kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan.



B.            Komponen Emulsi

Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

1.        Komponen dasar

       Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri atas :

§  Fase dispers /  fase internal /  fase diskontinue

Yaitu zat cair yang terbagi- bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.
     
  §  Fase  kontinue / fase external / fase luar

Yaitu zat  cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
       
  §  Emulgator.

Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

a.    Emulgator alam


        Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang  rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga  golongan yaitu :



1.     Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.

        Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe o/w, sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak bakteri. Oleh sebab itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu ditambah bahan pengawet.



a. Gom Arab

Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi yang terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu

·      kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)

·      terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil sedangkan masa mudah dituang       (tiksotropi)

Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab menggunakan gom arab sebanyak ½ dari jumlah minyaknya.

Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 X berat gom, diaduk keras dan cepat sampai putih , lalu diencerkan dengan air sisanya. Selain itu dapat disebutkan : 



a.    Lemak-lemak padat : PGA  sama banyak dengan lemak padat

Cara pembuatan .

Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi  dengan air panas 1,5 X  berat gom . Dinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin. Contoh : cera, oleum cacao, parafin solid

b.   Minyak atsiri :  PGA sama banyak dengan minyak atsiri



c.    Minyak lemak  : PGA  ½  kali   berat minyak, kecuali oleum ricini  karena memiliki gugus OH yang bersifat hidrofil sehingga untuk membuat emulsi cukup dibutuhkan 1/3 nya saja. Contoh :  Oeum amygdalarum



d.   Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam  minyak lemak

Kedua minyak dicampur  dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya, tambahkan gom  ( ½ x myk lemak  +  aa x  myk atsiri + aa x zat padat )



e.    Bahan obat cair BJ tinggi, contohnya chloroform, bromoform :

Ditambah minyak lemak 10 x beratnya, maka BJ campuran mendekati satu. Gom sebanyak ¾  kali  bahan obat cair.



f.    Balsam-balsam

Gom sama banyak dengan balsam.



g.   Oleum Iecoris Aseli

Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak. 



b. Tragacanth

Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh emulsi dengan viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak 1/10 kali gom arab. Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5 – 6.

Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus air 20 x berat tragacanth. Tragacanth hanya berfungsi sebagai pengental tidak dapat membentuk koloid pelindung.

                                                                

c. Agar-agar

Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat ini ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab.

Sebelum  dipakai agar-agar  tersebut dilarutkan dengan air mendidih Kemudian didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45oC (bila  suhunya kurang dari 45oC larutan agar-agar akan berbentuk gel). Biasanya digunakan 1-2 %



d.  Chondrus

Sangat baik dipakai  untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa  dari minyak tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.



e. Emulgator lain

Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa1-2 %.



2.     Emulgator alam dari hewan



a. Kuning telur

Kuning telur mengandung lecitin  (golongan  protein / asam amino) dan kolesterol yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin merupakan emulgator tipe o/w. Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga secara total kuning telur merupakan emulgator tipe o/w. Zat ini mampu mengemulsikan minyak lemak empat kali beratnya dan minyak  menguap dua kali  beratnya.



b. Adeps Lanae

Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan emulgator tipe  w/o dan banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan menambah kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan kering dapat menyerap air 2 X beratnya.



Contoh resep emulsi dengan adeps lanae :

   R/   Adeps lanae                  100

         Ol. Olivarum                 400 ml

         Zinc. Oxyd                   100

         Talc.                              100

         Sol. Pb. Acet.                28 ml

         Aq. Calcis                     ad 1000 ml



           

3.     Emulgator alam dari tanah mineral.



a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum

Merupakan senyawa  anorganik  yang terdiri dari garam - garam magnesium dan aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe o/w. Sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak  1 %. Emulsi ini khusus untuk pemakaian luar.

  

   b. Bentonit

Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massa sepert gel. Untuk tujuan sebagai emulgator dipakai sebanyak 5 %.





b.   Emulgator buatan



1. Sabun.

Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari valensinya. Bila sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator tipe o/w, sedangkan sabun dengan valensi 2 , missal sabun kalsium, merupakan emulgator tipe w/o.



2.     Tween 20 : 40 : 60 : 80



3.     Span   20 : 40 : 80



Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :

·      Anionik          : sabun alkali, natrium lauryl sulfat

·      Kationik         : senyawa ammmonium kuartener

·      Non Ionik      : tween dan span.

·      Amfoter         : protein, lesitin.





2.        Komponen tambahan

          Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada   emulsi  untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, preservative (pengawet), anti oksidan.
          Preservative yang digunakan  antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas dan lain – lain.
          Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol,  asam sitrat, propil gallat , asam gallat.

                       

C.      Tipe Emulsi

Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :

 1.   Emulsi tipe  O/W ( oil in water) atau M/A ( minyak dalam air).

Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase external.



2.    Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam minyak)

Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external.



Berdasarkan bahan pembuatnnya emulsa dibedakan menjadi 2 yaitu:

1.         Emulsi alam (emulsa vera)

Contoh : Emulsi amandel, Emulsi Curcubitae Semen, Emulsi kuning telur

2.         Emulsi buatan (emulsa spuria)

Contoh: Emulsum bromoformi, Emulsi olei iecoris comp


Cara Membedakan Tipe Emulsi

          Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu    :



1.   Dengan  pengenceran fase.

Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak.


2. Dengan pengecatan/pemberian warna.

Zat warna akan tersebar rata dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase external dari emulsi tersebut. Misalnya  (dilihat dibawah mikroskop)

-       Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi tipe w/o, karena sudan III larut dalam minyak

-       Emulsi +  larutan metilen blue  dapat memberi warna biru pada emulsi tipe o/w karena metilen blue larut dalam air.



3.  Dengan kertas saring.

Bila emulsi diteteskan pada kertas saring , kertas saring menjadi basah  maka tipe emulsi o/w, dan bila timbul noda minyak pada kertas berarti emulsi tipe w/o.



4.  Dengan konduktivitas listrik

Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K ½ watt lampu neon ¼ watt semua dihubung- kan secara seri. Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi  tipe o/w, dan akan mati dicelupkan pada emulsi tipe w/o



E.           Teori Terjadinya Emulsi

Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori , yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Teori tersebut ialah :



1.    Teori Tegangan Permukaan  (Surface Tension)

          Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut daya adhesi.

          Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan  karena tidak adanya keseim -bangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan  tersebut dinamakan tegangan permukaan (surface tension).

          Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur  (immicible liquid). Tegangan yang terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas (interfacial tension).

          Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan  antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu antara lain sabun (sapo).

       Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkan menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua  zat  cair tersebut akan mudah bercampur.



2.    Teori Orientasi  Bentuk Baji (Oriented Wedge)

          Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua  kelompok yakni :

·           Kelompok hidrofilik, yaitu bagian dari emulgator yang suka pada air.

·           Kelompok lipofilik , yaitu bagian yang suka pada minyak.



            Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya, kelompok hidrofil kedalam air dan kelompok lipofil kedalam minyak. Dengan demikian emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan minyak. Antara kedua kelompok tersebut akan membuat suatu keseimbangan.

            Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama.Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah   H.L.B. (Hydrophyl Lipophyl Balance) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil .

            Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada air, itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya.

            Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat keguaan suatu emulgator ditinjau dari harga HLB-nya.


HARGA HLB

K E G U N A A N

         1  -  3

  Anti foaming agent

         4  –  6

  Emulgator tipe w/o
         7    9
  Bahan pembasah ( wetting agent)
         8  – 18
  Emulgator tipe o/w
         13 - 15
  Detergent
         10 – 18
  Kelarutan (solubilizing agent)






Nilai HLB beberapa surfaktan



Zat
HLB

Zat
HLB
Tween 20
Tween 40
Tween 80
Tween 60
Tween 85
Tween 65

16,7
15,6
15,0
14,9
11,0
10,5


Span 20
Span 60
Span 80
Arlacel 83
Gom
Trietanolamin
8,6
4,7
4,3
3,7
8,0
12,0



Nilai HLB Butuh beberapa zat yang sering dipakai.



Nama Zat
HLB butuh (type a/m)
HLB butuh (type m/a)
Asam stearat
Setil alcohol
Paraffin
Vaselin
Cera alba
6

5
5
4
15
15
12
12
12

          

3.        Teori Interparsial Film

          Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase disper.

          Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase disper menjadi stabil.

          Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai  adalah :

§   dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak

§   jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase- dispers

§   dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua permukaan partikel dengan segera.



4.    Teori electric double layer ( lapisan listrik rangkap)

          Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan  listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari  partikel minyak yang akan mengadakan penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak      mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian antara sesama partikel akan tolak-menolak , dan stabilitas emulsi akan bertambah.


          Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ke tiga  cara dibawah ini,

§  terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel

§  terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.

§  terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.

   

F.                 Kesetabilan Emulsi

Emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami hal-hal sebagai berikut:

1.      Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, yaitu satu bagian mengandung fase dispers lebih banyak dibanding lapisan yang lain. Kerusakan ini bersifat reversibel artinya jika dengan pengocokan perlahan-lahan akan terdispersi kembali.

2.      Koalesensi dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena lapisan yang meliputi partikel rusak dan butir minyak berkolesensi atau menyatu menjadi fase tunggal yang memisah.Kerusakan ini bersifat ireversibel artinya tidak dapat diperbaiki lagi dengan pengocokan. Hal ini terjai karena:

a.    Peristiwa kimia : Seperti penambahan alcohol, perubahan PH, penambahan Elektrolit,CaO / CaCl2  eksikatus.

b.   Peristiwa fisika: seperti pemanaan, penyaringan, pendinginan, pengadukan.

c.    Peristiwa biologis: Seperti fermentasi bakteri, jamur dan ragi.

3.      Coalescence: yaitu peristiwa 2 tetesan minyak (atau air) bersatu dan membentuk membentuk suatu tetesan baru yang lebih besar tetapi memiliki luas permukaan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan jika tetesan baru tersebut pecah menjadi tetesan – tetesan kecil seperti semula. Jika dibiarkan, hal ini akan terus berlangsung hingga semua tetesan minyak (atau air) menyatu dan akhirnya membentuk lapisan sendiri yang terpisah dari emulsi

4.      Flocculation atau Flokulasi adalah suatu peristiwa berkumpulnya beberapa tetesan minyak tetapi tidak membentuk tetesan minyak baru yang lebih besar seperti pada peristiwa coalescence hingga mengakibatkan distribusinya dalam emulsi tidak merata (tidak homogen lagi).















G.       Formulasi



1.   Contoh bentuk formulasi sediaan emulsi tipe O/W:



R/ Oleum Iecoris Aselli 60
(Fase dispers/ internal)
     PGA                          15
(Emulgator)
     Oleum Cinammomi 0,15
(Corigen Odoris)
     Saccharum Alb         10
(Corigen Saporis)
     Aqua     ad                120
(Fase kontinu/eksternal)
       M.f la Emulsi


Cara pembuatan:

      PGA ditambahkan dengan air PGA (1,5 X berat PGA) gerus sampai terbentuk mucilago lalu tambahkan oleum iecoris aselli gerus sampai terbentuk corpus emulsi

      Tambahkan oleum cinammomi gerus ad terserap

      Sacharum album dilaurutkan dengan sebagian air gerus ad larut tambahkan dalam emulsi

      Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit ad homogen.



Contoh lain: Vanishing cream Sec FMS

R/ Acid Stearin                     142

    Glycerin                           100

    Natrium Biborat                 2,5

    Triatehanolamin                 10

    Nipagin                             q.s

    Aquadest           ad            750

     M f cream

Cara pembuatan:

      Ambil acid stearin, masukkan kedalam cawan penguap yang dilapisi kain kasa.

      Diambil TEA digelas arloji, masukkan dalam cawan penguap dilebur diatas penangas sampai melebur. Diserkai, masukkan kedalam mortir yang sudah dipanaskan terlebih dahulu.

      Sambil menunggu, dilarutkan nipagin dalam air mendidih.

      Dilarutkan glycerin.

      ditambahkan dengan nipagin dan gliserin sedikit demi sedikit ad homogen.

      Ditambahkan sisa akuades sedikit demi sedikit, aduk ad homogen.



2.   Contoh bentuk formulasi sediaan emulsi tipe W/O:

Cold Cream

Unguentum Leniens Rosatum (Cold Cream)

R/ Cerae Flava                     2500

    Cetacei                                 5

    Adeps Lanae                         5

    Oleum Sesami                     25

    Aq. Rosarum                  12500

               m.f unguentum

                     SUE

Cara pembuatan:

      Cerae flava, cetacei, adeps lanae dan oleum sesame dilebur bersama-sama didalam cawan dengan dilapisi kain kasa untuk menyaring sisa-sisa kotoran dari bahan, tunggu sampai melebur, diserkai.

      Setelah bahan melebur, dituang dalam mortir panas, aduk ad homogen sampai hangat.

      Ditambahkan aq. rosarum sedikit demi sedikit, aduk ad homogen.



H.                Manufaktur

Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi , secara singkat dapat dijelaskan :



1.        Metode gom kering atau metode kontinental.

Dalam metode ini zat pengemulsi  (biasanya gom arab) dicampur dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.



2.   Metode gom basah atau metode Inggris.

Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut)  agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk mem-bentuk emulsi, setelah itu  baru diencerkan dengan sisa air.



3.    Metode botol atau metode botol forbes.

Digunakan untuk minyak menguap dan  zat –zat  yang bersifat minyak  dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air,  tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok. 



Alat – alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi

Untuk membuat emulsi  biasa digunakan :



1.    Mortir dan stamper


Mortir dengan permukaan kasar merupakan mortir pilihan untuk pembuatan emulsi yang baik.



2.    Botol

Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik daripada terus menerus, hal tersebut memberi kesempatan pada emulgator untuk bekerja sebelum pengocokan berikutnya.



    3.     Mixer, blender

Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan kedalam ruangan yang didalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi , akibat putaran pisau tersebut, partikel akan berbentuk kecil-kecil.



4.    Homogeniser

Dalam homogenizer dispersi dari kedua cairan terjadi karena campuran dipaksa melalui saluran lubang kecil dengan tekanan besar.



5.    Colloid Mill

Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang dapat diatur. Coloid mill digunakan untuk memperoleh  derajat dispersi yang tinggi cairan dalam cairan

           

                  









                                                                













                   










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PPDB 2024 SMK Negeri 17 Samarinda

Waaaahh...  Sudah Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) aja ini, hayooo siapa yang mau jadi korban selanjutnya??? Bcanda aja yak...  Untuk y...